Sabtu, 21 April 2012
Kasih Sayang Ibu Jauhkan Anak dari Penyakit
Perasaan cinta dan kasih sayang perlu diungkapkan ibu dan anak, dalam pelukan, ciuman atau pujian.
TERKAIT:
Kesimpulan ini diambil setelah peneliti menemukan bukti bahwa ada beberapa anak yang hidup di daerah miskin, namun tidak menderita penyakit kronis ketika beranjak dewasa. Padahal menurut peneliti, anak-anak itu seharusnya memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita berbagai penyakit kronis.
Setelah ditelusuri, para ahli akhirnya menemukan bahwa mereka yang menderita penyakit kronis ketika dewasa, berasal dari latar belakang di mana masa kecilnya mengalami penuh tekanan, sehingga meningkatkan kemungkinan anak menderita penyakit seperti diabetes, stroke atau hipertensi di kemudian hari.
Namun, mereka yang dibesarkan dengan penuh cinta ibu diketahui memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan ketimbang mereka yang tidak dekat dengan ibu mereka. Peneliti berpikir, hal ini mungkin disebabkan karena adanya rasa empati dan harga diri yang diajarkan oleh ibu kepada anak-anak mereka.
Dalam riset yang dipublikasikan jurnal Psychological Science itu, peneliti mengamati 1.200 orang selama sepuluh tahun untuk melihat apakah pola asuh ibu memengaruhi kondisi kesehatan anak secara keseluruhan. "Literatur menunjukkan bahwa orang-orang yang berada dalam status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan lebih buruk," kata Profesor Margie Lachman, salah seorang peneliti.
"Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi memainkan peran penting. Kami menyadari bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kesenjangan kesehatan," tambahnya.
Sudah jelas bahwa uang dan akses perawatan kesehatan adalah salah satu bagiannya, kata Lachman. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hal itu hanya memainkan peran yang sangat kecil.
"Literatur mengungkapkan bahwa banyak masalah kesehatan di usia pertengahan, termasuk sindrom metabolik, dapat ditelusuri kembali dengan melihat apa yang sebenarnya telah terjadi pada masa kanak-kanak," jelasnya.
"Tekanan yang dialami saat masa kanak-kanak dapat berdampak buruk terhadap kesehatan di kemudian hari. Tetapi anak yang sejak kecil diasuh dengan penuh cinta oleh ibunya cenderung memiliki kesehatan fisik lebih baik saat dewasa," tutupnya.
(google)
Kasih Sayang Ibu
Kasih Sayang Ibu Tak Terhitung
Bayangkanlah kawan betapa Besarnya jasa-jasa Orang yang telah melahirkan kita kedunia,Berapa besar perjuanganya untuk mengeluarkan kita dari Perutnya Peluh dan rasa sakit Tak diHiraukannya asalkan Bayi dalam Perutnya bisa keluar dengan selamat Tanpa cacat sedikitpun, Ingatlah saat Kita Baru saja Menjelma diDunia,Saat kita menangis..
Ia yang masih menahan sakit tak terhingga bukanlah Obat yang ia minta bukanlah dirinya yang Ia tanya Melainkan "Bagai mana anakku, Bagai mana keadaanya, Ia baik-baik sajakan", MasyaAllah Ibu alangkah Besar rasa Kasih sayangmu, sungguh aku Telah durhaka jika Melawan Kata-katamu..
Ingatlah saat Kita masih disuapkan makan Kita Ia dengan sabar Dan penuh perhatian memberi kita makan sedikit demi sedikit walau kadang kita Menangis karena Kurang enak,
Ingatlah saat Kita Ngompol dan Buarng air besar Di celana, Bagai mana responya.. Ia hanya tersenyum Dengan penuh kasih, Selalu mengajari kita untuk berbuat baik kepada sesama, selalu menyuruh Untuk Menyayangi sesama,Ibu betapa besar Kasih sayang Mu
Doa Ibu Mudah terkabul
Allah akan merestui Kita jika Orang tua merestui Kita, Terutama Ibu kita, Do'a ibu Lebih mudah di Jawab Oleh Allah sungguh banyak sekali tanda-tanda dan kisah yang menceritakan betapa Manusia binasa karena Durhaka kepada Ibunya, Maka sayangilah Orang tua kita sebelum terlambat, Sebelum Liang Lahat mendekatinya Sebelum Tanah menguburkan Tubuh Hina kita, Jika kita belum sempat Berbakti kepada Ibu kita Almat Penyesalan seumur Hiduplah yang Akan Terjadi Didalam diri kita ini.
Syurga Di telapak Kaki Ibu
Ridho Allah ketika Kita sudah di Ridhoi Oleh ibu kita, Jadi jika Ibu kita belum meridhoi Kita maka Allah tidak akan meridoi kita, Walau sebaik apapun kita tetap saja tidak akan di Ridoi Allah.
bukan Berarti Syurga itu ada di telapak kakinya ibu Namun kita artikan Syurga itu Terletak pada Ridho pada perjalanan ibu kita, Maka dari itu sayangilah ibu sebagaimana ia menyayangi dan mengasihi Kita kala kita masih kecil, Ingatlah jasanya yang tak terhingga, Igatlah saat ia Menangis terisak saat kita Jatuh sakit tak berdaya, Ingat saat ia mengecup kita dengan mesra membisikan kata-kata Perhatianya, Oh Ibu engkau Adalah Syurgaku
(google)
Kasih sayang Seorang Ibu
Sungguh tak bisa dihitung kasih sayang seorang ibu untuk buah hatinya
Selama sembilan bulan bersabar dan memberikan yang terbaik
Tak pernah mengeluh, justru selalu tersenyum menanti kehadiran buah hatinya
Dengan penuh kelembutan genggaman Cinta seorang Ibu
Cinta yang akan melindungi buah hatinya tiada henti
Tak peduli seberapa besar bebannya, Beliau tetap tangguh
bekerja keras demi buah hatinya
Bagi Beliau Senyum buah hatinya adalah pemandangan terindah
Membimbing dengan penuh kesabaran
Mengantarkan buah hatinya menuju masa depan
Ibu…
Terima kasih atas semuanya
Cinta dan kasih sayang yang selalu Engkau berikan disetiap detik
Tak akan pernah Ku biarkan air mata kepedihan menetes dari matamu
Ibu, Disini aku merantau untuk menuntut ilmu
suatu saat nanti Aku ingin membuat ibu meneteskan air mata kebahagiaan atas pencapaianku
Aku Sayang Ibu
(sumber gambar: google image)
Cerita Motivasi tentang Kasih sayang seorang Ibu
Berikut sebuah cerita motivasi tentang kasih sayang seorang ibu.
Apa sumber motivasi
terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepat adalah CINTA!! Cinta
di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan berlainan jenis,
namun lebih kepada cinta universal. Cinta seorang ibu / ortu pada
anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatan terbesar yang dimiliki yang
bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan
bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang
segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu
duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di
tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku
melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku
dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU
YANG KE DUA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah
abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak
mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang
untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun
dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan
dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku
berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus
kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak
penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat
ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil
menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang
tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita
yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,
ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah
dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak
mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada
duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat
master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama
di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya
aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku
bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata
kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG
KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus,
harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera
atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali
melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya
berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN
IBU YANG KE DELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah
berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah
kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu
kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu
mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang
kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika
dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan
pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita,
risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila
di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari
orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau
apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau
ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai
kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.
Kasih Ibu Takkan Terbalas
Seseorang datang ke Rasulullah SAW. Ia bercerita telah menggendong ibunya di pundaknya sendirian selama menjalani seluruh rukun dan wajib haji.
Ia ingin mengetahui apakah perbuatannya itu telah dapat membalas kebaikan yang selama ini ditunjukkan ibunya di masa kanak-kanak. Rasulullah SAW menjawab, ”Tidak, semua yang telah kau kerjakan itu belum dapat membalas satu kali rasa sakit karena kontraksi rahim ketika ibumu melahirkanmu ke dunia.”Tanpa disadari, seringkali seorang anak berbuat maksiat kepada orang tuanya. Padahal, keberadaannya di dunia tak lepas dari keikhlasan kasih sayang keduanya, terlebih sang ibu yang telah mempertaruhkan nyawa dalam persalinan.
Tak jarang anak menuntut sesuatu yang meniadakan cinta dan pengorbanan mereka, walaupun sekadar ucapan ”… ah,” kepada ibunya. Allah SWT dalam QS Al-Israa’: 23 dengan tegas melarang seorang anak mengatakan itu. Ya..berkata “ah..” pada Ibu saja sudah dilarang apalagi menyakiti perasaan Ibu.
Lambat laun, hari bertambah hari, bulan berganti, usia Ibu kita menua. Kulit-kulit di wajah dan sekujur tubuhnya mulai keriput. Giginya mulai keropos. Mungkin entah esok, lusa, atau detik ini juga Ibu kita akan menemui Rabb kekasihnya.
Ibu tidak akan meminta balasan apa pun dari kita. Namun, kita sebagai seorang anak wajib menyayangi dan mengasihi ibu kita, buat selalu ibu kita tersenyum saat kita hadir di hadapannya.
Lakukan hal terbaik untuk Ibu kita.
Sesuatu akan terasa berharga manakala kita telah kehilanganSertakan selalu do’a untuk Ibu kita setiap selesai sholat.
IBU?? MAMA?? BUNDA??
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2? Dan kapan terakhir kali
kita memberikan kecupan manis dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.
IBU? MAMA?? BUNDA??
Ibu
Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak).
Di Indonesia
Bunda, Mama adalah sebutan lain untuk ibu. Pemanggilan ibu dengan sebutan "mama" sudah menjadi hal yang umum di masyarakat Indonesia.Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu. Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu
Langganan:
Postingan (Atom)